Sunday, August 25, 2013

Gifted Hands

Alkisah di sebuah kota di Amerika, Detroit hidup sebuah keluarga kecil yang merupakan warga kulit hitam, yang terdiri dari seorang ibu dan dua anaknya yang menginjak masa sekolah. Anak yang paling kecil, Ben, merupakan anak yang duduk di bangku sekolah dasar dan memiliki prestasi yang kurang bagus. Bahkan diantara teman-temannya, Ben termasuk anak yang paling lemah kemampuan akademisnya dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, kemampuan membaca dan berhitungnya sangat lemah.
Sebenarnya Ben ini sudah berulang kali berkeluh kesah kepada Ibunya, bahwa dia seorang yang bodoh, dan paling ketinggalan diantara teman-temannya, dia tidak yakin apakah sanggup menyelesaikan sekolahnya atau tidak.

Berulang kali Ibunya yang seorang single parent ini memberikan motivasi bahwa sebenernya tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, yang ada adalah orang itu belum berusaha sekuat tenaga. Tidak hanya bagi Ben sendiri, akan tetapi bagi kakaknya yang kemampuan akademisnya sedikit lebih beruntung daripada Ben. Setelah mendapatkan motivasi itu akhirnya Ben kecil kembali semangat dan termotivasi untuk belajar, walaupun mungkin hasil akademisnya tidak naik secara signifikan.


Suatu ketika ibunya Ben kecil ini, tersentak ketika melihat anaknya yang gemar nonton TV hiburan. Ingatan Ibunya Ben ini kembali ke masa lalunya yang sedikit kelam dimana dia adalah seorang yang putus sekolah dan buta huruf, yang harus menghidupi dua orang anaknya yang dari sisi kemampuan akademis sangat lemah, sementara dia harus hidup sendiri tanpa suami (setelah cerai). Ibunya takut kalau kedua orang anaknya ini akan bernasib sama dengan ibunya, hingga akhirnya dia stres berat dan pergi ke seorang psikiater. Ibunya Ben ini selalu berusaha menutupi sisi kelam dirinya dari anak-anaknya. Dan tidak ingin anaknya putus asa ketika melihat Ibunya yang sebenernya

Kehidupan Ben kecil dan keluarganya mulai berubah ketika Sang Ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah seorang professor. Ibunya sangat terkagum-kagum dengan kehidupan majikannya itu, apalagi setelah melihat di salah satu ruangan rumah terjejer rapi buku-buku tebal dalam rak-rak besar yang mengelilingi dinding ruangan. Ibunya Ben terispirasi juga dengan kehidupan professor tersebut yang sangat gemar membaca. Alhasil, "hobi baca buku" ini akhirnya "dipaksakan" kepada dua orang anaknya. Ibunya mengharuskan kedua orang anaknya ini membaca 3 buah buku seminggu dan membuat resumenya untuk dibacakan ke ibunya.

Waktu berlalu hingga akhirnya usaha dari ibunya ini membuahkan hasil, prestasi Ben dan saudaranya meningkat, bahkan dapat mengungguli teman-teman sekelasnya. Ben dan saudaranya jadi punya hobi baru yaitu pergi ke perpustakaan, menonton TV tebak kata ilmu pengetahun, dan selalu eksplorasi terhadap suatu hal yang tidak diketahui. Teman-teman sekelas pun tercengang melihat kemapuan Ben yang kian lama kian berkembang. Dari sini Ben sudah mulai bisa berimajinasi dan memiliki cita-cita yang tinggi, yaitu menjadi seorang Dokter.

Kehidupan remaja Ben pun tidak lepas dari berbagai masalah dan konflik. Sebagai seorang yang sedang mencari jati diri Ben sempat ikut dalam geng anak sekolah, dan mulai menentang ibunya. Hingga suatu kejadian akhirnya menyebabkan dia tersadar bahwa dia tidak mendapatkan apa-apa dari sana. Setelah itu Ben fokus pada studinya, medapatkan penghargaan dari sekolahnya sebagai hingga berhasil masuk ke fakultas kedokteran di Yale University, dan lulus sebagai seorang dokter ahli bedah syaraf.

Film ini menceritakan tetang biografi dari seorang dokter ternama, neurologist (ahli bedah syaraf),  Ben Carson yang mengabdikan dirinya untuk membantu pasien di John Hopkins Hospital. Dengan perjuangan keras dan pantang menyerah mulai dari kecil, seorang Ben Carson ini akhirnya menemukan jati diri dan bakatnya sebagai seorang dokter. Berbagai prestasi telah dia raih selama menjadi seorang dokter. Pasien yang mengalami gangguan syaraf dan otak berhasil di tangani oleh tangan dinginnya. Dan prestasi yang paling membanggakan bagi dirinya, keluarga, dan koleganya adalah ketika dia menangani pasien dempel kepala. Dimana dari beberapa kasus sebelumnya belum pernah ada yang selamat keduanya.

Salah satu hal yang menarik yang diambil dari kisah ini adalah pesan dan motivasi dari ibunya kepada Ben semasa kecilnya.
"you've got the world in your head,.. you just have to see beyond what you can see"
 Untuk kategori film keluarga, film ini mendapatkan rating 7.5/10 dari saya :)

No comments: