Thursday, June 2, 2011

Ular Besi Tawangalun

Jadi,......
Beberapa hari kemarin ceritanya saya menyempatkan diri untuk pulang kampung. Biasanya sih dari Malang ke kampung halaman saya (Banyuwangi), selalu naik bis. Tapi kemaren waktu pulang pengen bernostalgia dengan kereta api. Saya sebenernya bukan seorang rail fans. Tapi dari dulu kereta api selalu menjadi kendaraan favorit saya kalau bepergian. Mulai dari saya sekolah, sampai saya kuliah (di Surabaya), selalu mudik menggunakan kereta api. Entah karena mungkin saya merasa nyaman dan tidak gampang mabuk darat daripada naik bis.

Kalau dulu rute Surabaya-Banyuwangi saya paling sering naik Mutiara Timur (kelas bisnis), dan Sri Tanjung (kelas ekonomi), maka di rute Malang-Banyuwangi ini ada kereta api Tawangalun. Yak, kereta Tawangalun dengan loko CC yang  katanya temen saya Rakhmadhany (seorang rail fans asal malang), ini yang mengantarkan saya pulang kampung.


(kereta Tawangalun)


Saya masih ingat, Tawangalun ini dulu mempunyai nama Rengganis (diambil dari nama Dewi Rengganis), yang mulai beroperasi sekitar taun 199x dan sempat idle tidak beroperasi pada tahun 200x (saya lupa sejarahnya, mungkin Rakhmadhany bisa membantu :D) dan kemudian diganti dengan nama Tawangalun.
Ada satu hal yang membuat saya "terpana" "terpukau" "terpesona" dengan kereta api satu-satunya yang beredar pada rute Banyuwangi-Malang ini. Kereta (ekonomi) ini kelihatan lebih bersih dan lebih nyaman dari terakhir kali saya naik (kalau ndak salah sekitar awal tahun 2009). Ntah karena gerbongnya masih baru, atau gimana yang jelas tidak semrawut dulu, dinding-dindingnya juga kelihatan lebih bersih, dan kursinya tentu saha lebih empuk :D.

 Satu hal yang mungkin agak saya sesalkan adalah penumpang, dan masyarakat. Yaa, kadang saya sih bisa maklum, karena ini memang kereta rakyat, tetapi kesadaran seorang penumpang dan masyarakat untuk ikut menjaga kereta juga masih minim. Sampah masih tetep berserakan :) (kalau ini saya bisa maklum, karena memang tidak ada tempat sampah), dan yang membuat saya miris adalah beberapa kaca jendela yang sudah pecah karena lemparan batu...... c'mon folks, ini kereta-keretamu, transportasimu, sampai segitunya tindakanmu terhadap kereta (malah saya yang marah sendiri :p).

Nah untuk tiketnya sendiri tergolong murah meriah, cukup Rp. 18.500,- sekali jalan dari Malang sampai Banyuwangi. Saya bandingkan dengan bis yang sama-sama ekonomi habis sekitar  3 x Rp. 14.000, lebih irit tentunya. Dan satu hal lagi yang saya sukai, perjalanan kerera api ini lebih cepat daripada bis yang harus opar oper di Probolinggo dan Jember.(kalau dihitung-hitung kereta api Tawangalun 6.5 jam, sedangkan kalau bis skitar 8 jam). Berangkat dari Malang Kota Lama sekitar pukul 14.20 sampai di Banyuwangi Baru skitar pukul 22.30 (kalau sampai tempat saya St. Kalisetail pukul 21.00)



Kereta api ini berhenti di beberapa stasiun mulai dari:
- St. Malang Kota Lama
- St. Malang Kota Baru
- St. Lawang
- St. Bangil
- St. Pasuruan
- St. Probolinggo
- St. Klakah
- St. Jatiroto
- St. Tanggul
- St. Rambipuji
- St. Jember
- St. Kalisat
- St. Kalibaru
- St. Glenmore
- St. Sumberwadung
- St. Kalisetail
- St. Temuguruh
- St. Rogojampi
- St. Karang Asem
- dan yang terakhir adalah St. Banyuwangi Baru

No comments: